Minggu, 23 Februari 2014

MAKALAH PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS)

Thank For Arrohmah & anisa :)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pembelajaran Kooperatif Think – Pair – Share (TPS)” dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
      Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan mengenai upaya mengatasi masalah pendidikan di Indonesia. Penulis menyadari pembuatan makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka, demi keberhasilan makalah selanjutnya.
Makalah  ini dapat terealisasi berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada :
1.      Allah SWT, yang memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini.
2.     Ibu Luluk Faridah, M.pd selaku pembimbing mata kuliah MKPBM 1 yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan kepada penulis menyangkut masalah pembuatan makalah ini.
3.      Semua pihak yang telah ikut serta membantu kami hingga terselesaikannya makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
Demikian atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.



Lamongan, 17 Oktober 2013

                                    Penulis,


DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
A.    Latar Belakang.....................................................................................1
B.     Rumusan Masalah................................................................................2
C.    Tujuan Pembahasan............................................................................3
D.    Kegunan................................................................................................3
BAB II Kajian Pustaka..........................................................................................4
A.    Definisi Matematiaka...........................................................................4
B.     Karakteristik Matematika...................................................................4
C.    Pengertian Model Pembelajaran TPS................................................6
BAB III Pembahasan.............................................................................................7
A.    Pembelajaran Kooperatif....................................................................7
B.     Langkah-langkah Moel Pembelajaran TPS......................................9
C.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TPS.................11
D.    Manfaat Model Pembelajaran TPS..................................................13
E.      Tujuan Model Pembelajaran TPS...................................................14
F.     Penerapan Pembelajaran Kooperatif TPS......................................14
G.    Implementasi kooperatif TPS...........................................................16


BAB IV Penutup...................................................................................................19
A.    Simpulan.............................................................................................19
B.     Saran....................................................................................................19
Lampiran-lampiran.............................................................................................20
Daftar Pustaka......................................................................................................26


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Trianto, 2007: 29).
Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat memilih dan menggunakan beberapa metode mengajar. Banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru yang mana masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan suatu metode dapat ditutupi oleh metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think-Pair-Share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian model pembelajaran kooperatif?
2.      Apakah pengertian model pembelajaran think pair share?
3.      Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran think pair share?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran think pair share?
5.      Apa manfaat  model pembelajaran think pair share?
6.      Apa tujuan model pembelajaran think pair share?
7.      Bagaimana implementasi kooperatif think pair share pada pembelajaran?
C.  Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif?
2.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran think pair share?
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran think pair share?
4.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran think pair share?
5.      Untuk mengetahui manfaaat model pembelajaran think pair share?
6.      Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran think pair share?
7.      Untuk mengetahui implementasi kooperatif thnik pair share pada pembelajaran?
D. Kegunaan
Kegunaan penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai informasi bagi calon guru ataupun guru dalam menambah wawasan tentang model pembelajaran matematika realistik.
2.      Sebagai alternatif metode pembelajaran untuk mengajar agar siswa tidak monoton menerima suatu model pembelajaran.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Definisi Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Menurut Kline (1973). Kline dalam bukunya menyatakan bahwa matematika bukanlah sebuah pengetahuan yang tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri. Adanya matematika semata-mata untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai persoalan sosial, ekonomi, dan alam. Cara atau metode yang digunakan dalam matematika untuk mencari kebenaran adalah metode deduktif.
Menurut James, (1976) “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya.”
Herman Hudojo menyatakan bahwa: “matematika merupaka ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.”
Dari pendapat para tokoh diatas dapat kita ketahui bahwa matematika adalah ilmu tentang logika yang konsep-konsep didalamnya saling berhubungan satu dengan lainnya, serta cara atau metode yang digunakan dalam matematika untuk mencari kebenaran adalah metode deduktif.

B.     Karakteristik Matematika
Terkait dengan hakekat metematika, Soedjadi (dalam Arifin, 2010:11) mengindentifikasi beberapa karakteristik matematika, yaitu:
1.      Memiliki obyek kajian abstrak,
2.      Bertumpu pada kesepakatan,
3.      Berpola pikir deduktif,
4.      Memiliki simbol yang dapat diartikan secara fleksibel,
5.      Memperhatikan semesta pembicaraan,
6.      Konsisten dalam sistemnya.
Matematika mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakan dengan mata pelajaran lain, yaitu:
1.      Objek pembicaraannya abstrak.
Dalam pengajaran sekolah, seringkali suatu konsep dikenalkan melalui benda konkrit. Walaupun demikian, siswa tetap didorong untuk melakukan proses abstraksi, yaitu mengabaikan atribut-atribut yang tidak penting, menangkap kesaman-kesamaan (abstraksi) dari objek – objek, kemudian melakukan penyempurnaan (idealisasi) untuk mempertajam pengertian, dan akhirnya menangkap pengertian itu sebagai suatu konsep yang abstrak (generalisasi).
2.      Pengembangannya secara deduktif.
Pengertian atau pernyataan lain dibuat sangat efisien dan harus dijelaskan atau dibuktikan kebenarannya berdasarkan pengertian atau pernyataan pangkal yang telah ada dengan tata nalar yang logis. Pengembangan seperti ini dikenal dengan pengembangan secara deduktif.
3.      Konsep atau sifatnya berjenjang.
Matematika termasuk ilmu berjenjang (hierarkis) karena konsep – konsep atau prinsip – prinsip yang disajikan lebih awal mendasari konsep – konsep atau prinsip – prinsip selanjutnya. Dengan demikian, matematika sangat terjaga konsistensinya.
4.      Melibatkan penghitungan atau pengerjaan (operasi).
Objek pelajaran selain berupa pengertian dan pernyataan yangb harus dipahami dan juga melibatkan penghitungan atau pengerjaan  (operasi) yang prosedurnya disusun sesuai tata nalar. Oleh karena itu, belajar matematika tidak cukup dengan hanya memahami, tetapi juga berlatih hingga terampil melakukan prosedur pengerjaan.
5.      Dapat dialihgunakan dalam berbagai aspek keilmuan maupun kehidupan sehari – hari.
Karena sifatnya yang abstrak, maka matematika dapat dialihkan dalam berbagai aspek keilmuan dan kehidupan sehari – hari. Misalnya, dalam ilmu fisika, matematika dapat digunakan untuk menghitung kecepatan benda jatuh. Dalam ilmu ekonomi, matematika digunakan untuk menghitung permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, matematika sering disebut dengan “ratunya ilmu”.
C.  Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model kooperatif  tipe Think Pair Share (TPS). Pengertian Think Pair Share  menurut Trianto (2007:61) adalah:” Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita ambil kesimpulan Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tahap thinking ( berfikir), pairing (berpasangan), dan sharing ( berbagi).






BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson (dalam http://www.WordPress.com), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas.
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya,(a)siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis,(b)anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi,(c)jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku,budaya,dan jenis kelamin,(d)sistem penghargaan yang berorientasi kepada     kelompok daripada individu.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam bentuk tulisan. Tugas–tugas orang lain akan memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki.
Ada tiga tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif,yaitu:
a.  Prestasi akademik
Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa berkemampuan tinggi maupun rendah. Khususnya bagi siswa berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat          keuntungan karena pengetahuan semakin mendalam.
b.  Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilan-keterampilan kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak akan sangat bermanfaat bagi siswa ketika mereka
Keuntungan guru menggunakan pembelajaran kooperatif  ialah dapat menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional yaitu camah dan tanya jawab. Metode tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannva model cooperative learning, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup dan lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran kooperatif  mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu mengembangkan sosial skill siswa.
B.     Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Pair Share
Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000:  26-27) sebagai berikut:
1)      Tahap 1 : Think  (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2)      Tahap 2 : Pairing
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3)      Tahap 3 : Share  (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Untuk mengetahui tentang model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kita juga perlu mengetahui karakteristiknya Menurut Trianto menyatakan karakteristik model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ada 3 langkah utama yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir secara individu), pair (berpasangan) dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas). Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Langkah 1, Think ( berpikir)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pernyataan atau masalah yang dikaitkan dengan pembelajaran, siswa ditugasi untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Dalam menentukan batasan waktu pada tahap ini guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya teknik “time” atau waktu berfikir yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah adanya siswa yang berbicara, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. 
2)       Langkah 2, Pair (berpasangan)
Langkah kedua ini guru menugasi siswa untuk berpasangan dan diskusikan mengenai apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi selama proses ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil yang didapat menjadi lebih baik karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.
3)       Langkah 3, Share (berbagi)
Pada langkah akhir ini guru menugasi pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka  dengan pasangan yang lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi lebih efektif apabila guru berkeliling dari psangan satu kepasangan yang lainnya. Langkah share (berbagi) merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumny, dalam arti bahwa langkah ini menolong semua kelompok untuk menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain.
Sementara Menurut Muslimin menyatakan bahwa,langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu:Berpikir (Thinking), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share).
1)      Tahap 1 : Thinking (berpikir)
Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.
2)      Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3)      Tahap 3 : Share (berbagi)
Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
C.     Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share
Terdapat kelebihan dan kekurangan pada model Think Pair Share dalam proses pembelajaran, menurut Hartina menyatakan bahwa,
Ø  Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah:
a)      memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
b)        siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
c)      siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
d)      siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
e)      memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
Ø Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
Ø Sedangkan Kelebihan model pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk. (2000: 18) adalah,
a)      Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
b)      Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
c)       Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
d)     Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
e)      Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
f)       Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
g)      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Ø  Kelemahan model TPS adalah pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa (Ibrahim,2000: 18)
D.    Manfaat  Model Pembelajaran Think Pair Share
1.    Para peserta didik menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak peserta didik yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para peserta didik mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
2.    Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban peserta didik, mengamati reaksi peserta didik, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.
E.     Tujuan Model Pembelajaran Think Pair Share
Tujuan think pair share tidak jauh berbeda dengan tujuan dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Nurhadi  tujuan dari TPS adalah ”tujuan secara umumnya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, dan mengajarkan keterampilan sosial”.
Selanjutnya  menurut Trianto berpendapat bahwa “Tujuan pembelajaran kooperatif TPS adalah a) dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, b) unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, c) membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari model kooperatif tipe TPS adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, mengajarkan keterampilan sosial dan membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, serta meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit
F.      Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS yang telah dijelaskan di atas, penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tipe TPS sebagai berikut:
1.   Pendahuluan
a.       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep power amplifier yang akan dipelajari.
2.   Kegiatan Inti
a.       Guru menerangkan materi penguat / amplifier secara singkat.
Dalam fase ini guru menerapkan tahap thinking dengan mengajukan pertanyaan mengenai amplifier secara klasikal dan member kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan mencoba memecahkan secara individu.
b.       Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Dalam fase ini, guru membentuk kelompok yang beranggotakan dua siswa.
c.        Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar dalam tahap pairing.
Dalam fase ini, guru menerapkan tahap pairing dengan meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan atau menjawab pertanyaan dan memastikan bahwa anggota kelompoknya sudah mengetahui dan memahami jawabannya. Setelah itu guru berkeliling dari satu pasangan ke pasangan yang lain dan memberikan bantuan kepada pasangan yang mengalami kesulitan belajar.
d.      Guru menerapkan tahap sharing.
e.        Guru memberikan umpan balik dan tanggapan terhadap seluruh hasil yang telah disajikan.
Dalam fase ini guru memanggil 2-3 pasangan secara acak untuk mempresentasikan secara sederhana hasil kinerjanya menanggapi hasil yang telah disajikan. Setelah presentasi dilakukan oleh siswa, guru menanggapi seluruh hasil kinerja yang telah disajikan.

Tabel 2. Sintaks Pembelajaran TPS
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1 :
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 :
Think (berfikir individu)
Guru memberi umpan siswa dengan pertanyaan dan membimbing mereka untuk berfikir secara mandiri.
Tahap 3 :
Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Guru membentuk kelompok belajar dengan memasangkan siswa dengan teman sebangkunya serta membimbing mereka untuk berdiskusi.
Tahap 4 :
Share (berbagi / presentasi)
Guru membimbing kelompok belajar yang berpasangan untuk presentasi di depan kelas.

G.    Implementasi Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Pembelajaran think pair share merupakan pembelajaran berbasis diskusi kelas dengan kelompok siswa berpasangan. Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking), tahap berpasangan (pairing), dan tahap berbagi (sharing). Sebelum memulai setiap pembelajaran, guru menyiapkan nomor undian bangku, siswa berbaris di depan kelas untuk mengambil nomor undian bangku. Guru melakukan hal ini supaya kelompok yang terbentuk tiap pertemuan berubah. Diharapkan dengan adanya pergantian kelompok ini, siswa dapat lebih akrab antara satu dengan yang lain, dan menghindari kesenjangan kelompok, sebab think pair share ini membutuhkan kerja sama yang baik dalam  kelompok berpasangannya.
Pada kegiatan inti, guru menerapkan think pair share kepada siswa. Pada tahap think, guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit. Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari  jawaban siswa ketika ditanya oleh guru mengenai media yang ditampilkan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKK dengan  cara berdiskusi bersama teman sebangkunya atau pasangannya, tahap ini disebut pair. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKK, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing-masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah share atau berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menaggapi jawaban teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih siswa berani mengeluarkan pendapat dan  berfikir kritis. Ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yaitu peserta didik mampu yang memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru  berupa “smile”.  Siswa yang mendapat “smile” terbanyak menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Motivasi belajar memang diperlukan dalam pembelajaran. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar. Selain pemberian reward, guru juga memiliki cara tersendiri dalam membangkitkan minat belajar siswa. Guru memberikan permanian- permainan pada tiap pertemuan untuk menunjang pembelajaran think pair share ini. Pada siklus I ini guru memberikan  permaian ”ayo mencari jalan” dan ”acak kata”. Pada tahap akhir, siswa diarahkan untuk mengungkapkan kesimpulan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil belajar secara individu, guru memberikan soal evaluasi, berupa soal subyektif. Siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan pembelajaran. Hal ini untuk memberikan saran pada guru agar pembelajaran selanjutnya lebih baik



BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan model pembelajaran think pair share pada setiap pertemuan mengalami perubahan materi pokok dan variasi kegiatan, maksudnya adalah adanya variasi media pembelajaran yang digunakan dan adanya permainan – permainan untuk menunjang pembelajaran think pair share
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran think pair share dan nilai akhir yang berasal dari gabungan nilai individu dan kelompok.
B.      Saran
            Adapun saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:
·          Bagi siswa sebaiknya siswa meningkatkan aktivitas membaca dan tingkatkan pula rasa percaya diri, agar selalu aktif mengikuti pembelajaran.
·         bagi guru adalah  hendaknya guru bisa menerapkan  model pembelajaran think pair share. Agar siswa lebih aktif dan mampu mengidentifikasi masalah sosial  dan pemecahannya. 


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Mata Pelajaran                                 :  Matematika
Kelas/Semester                                 :  IV / I
Pokok Bahasan                                :  FPB dan KPK
                                                              Sub Pokok Bahasan                         : Menyelesaikan soal cerita tentang FPB  dan KPK
                                                                  Waktu                                                : 2x 35 menit ( 2 x pertemuan )
v  Standar Kompetensi
Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
vKompetensi Dasar
Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan FPB dan KPK
vIndikator
Menyelesaian soal cerita tentang FPB dan KPK
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang  berkaitan dengan FPB dan KPK
2. Materi Pokok
Menyelesaikan Soal Cerita Tentang FPB  dan KPK
3.      Metode
ü  TPS (Think – Pair – Share)
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1.       
Pendahuluan 10 menit


Me Guru mengucapkan  salam dan berdoa bersama

Siswa menjawab salam dan berdoa bersama

Guru mengecek Kehadiran siswa
Siswa mengacungkan tangan saat namanya di panggil

Menyiapkan fasilitas yang terkait dengan pembelajaran
Menyiapkan fasilitas yang terkait dengan pembelajaran


Me Menyampaikan  kepada siswa pokok bahasan dan tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai dan guru memotivasi siswa

Siswa mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Guru
2.       
Kegiatan Inti 50 menit


Guguru memberikan gambaran umum yang berkaitan dengan FPB dan KPK.
.        Siswa memperhatikan dan mendengarkan dengan baik.


(think)Guru memberi umpan siswa dengan pertanyaan tentang KPK dan FPB dan membimbing mereka untuk berfikir secara mandiri
Siswa berfikir secara mandiri mengenai pertanyaan yang di berikan guru

(pair)Guru membentuk kelompok belajar dengan memasangkan siswa dengan teman sebangkunya serta membimbing mereka untuk berdiskusi.
Sis  siswa melaksanan peritah yang diberikan oleh guru

Guru berkeliling kelas dan membantu siswa.
Siswa bertanya kepada guru kalau ada kesulitan yang di hadapi

(share)Guru membimbing kelompok belajar yang berpasangan untuk presentasi di depan kelas
Siswa yang di panggil guru, mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
3.       
Penutup 10 menit


Guru memberikan kesimpulan
Siswa menyimak apa yang di jelaskan oleh guru

Guru menegaskan kembali tentang materi tersebut dan memberikan tugas rumah
Siswa memperhatikan penjelasan guru

Lamongan, 5 Januari 2014
Mengetahui,
                 Kepala SD                                                                         Guru Kelas IV

 ..............................................                                                .................................................
NIP          :                                                                              NIP     :






                                                                                   
Soal :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
1.        Lampu merah di Jalan Biru menyala setiap 6 detik. Lampu merah di Jalan Sukawati menyala setiap 8 detik. Pada detik keberapa pertama kali kedua lampu akan menyala bersama ?
2.        Ibu guru memiliki 15 pensil dan 20 buku. Ia ingin membagikan semua pensil dan buku tersebut kepada siswanya yang berprestasi. Berapa siswa paling banyak akan menerima buku dan pensil yang sama dari Ibu Guru ? Apa-apa saja yang diterima oleh masing-masing siswa ?
3.    Dua buah lonceng berbunyi secara berurutan. Lonceng pertama berbunyi setiap 15 menit, lonceng kedua berbunyi setiap 30 menit. Pada pukul 07.00 kedua lonceng berbunyi bersama-sama. Pukul berapa kedua lonceng tersebut berbunyi bersama-sama lagi ?
4.        Ardi dan Neil mengikuti senam di sanggar Kasih. Ardi mengambil jadwal setiap 4 hari sekali dan Neil setiap 6 hari sekali. Tanggal 2 Juni 2004 mereka mengikuti latihan bersama. Kapankah mereka akan mengikuti latihan bersama lagi ?
5.        Ayah akan membagikan 14 mangga dan 6 semangka kepada tetangganya. Besar mangga dan semangka yang diterima tetangga masing-masing harus sama. Berapa tetangga yang dapat menerima bagian yang sama banyak ? Apa- apa saja yang diterima oleh masing-masing tetangga ?














Kunci Jawaban
1.      Diketahui    : Lampu merah di Jalan Biru menyala setiap 6 detik
                      Lampu merah di Jalan Sukawati menyala setiap 12 detik
Ditanyakan : Pada detik keberapa pertama kali kedua lampu akan 
                      menyala bersama ?
Jawab         : Bilangan kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48...
Bilangan kelipatan  8 adalah 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56….
KPK dari 6 dan 8 adalah 24
Jadi, kedua lampu pertama kalinya akan menyala bersama pada saat 24 detik.
2.      Diketahui    : Ada 15 pensil dan 20 buku
Ditanyakan :1. Berapa siswa paling banyak akan menerima buku dan 
                         pensil yang sama dari Ibu Guru ?
2. Apa-apa saja yang diterima oleh masing-masing siswa ?
Jawab         : 1. Faktor dari 15 adalah 1, 3, 5, 15
                                              Faktor dari 20 adalah 1, 2, 4, 5, 10, 20
    Faktor persekutuan dari 15 dan 20 adalah 5
    Jadi, banyaknya siswa paling banyak akan menerima   
    buku dan pensil yang sama dari Ibu Guru adalah 5 orang   
    siswa.
2. Masing-masing siswa akan menerima pensil = 15 : 5 = 3  
buah dan buku = 20 : 5 = 4 buah.
3.      Diketahui    : Lonceng pertama berbunyi setiap 15 menit
Lonceng kedua berbunyi setiap 30 menit
Pada pukul 07.00 kedua lonceng berbunyi bersama-sama
Ditanyakan : Pukul berapa kedua lonceng tersebut berbunyi bersama-
                     sama lagi ?
Jawab         : Bilangan kelipatan 15 adalah 15, 30, 45, 60, 75, 90,…
Bilangan kelipatan 30 adalah 30, 60, 90, 120, 150,…
KPK dari 15 dan 30 adalah 30
Jadi, kedua lonceng  akan berbunyi bersama-sama lagi (30 + 07. 00) atau 07.30
4.      Diketahui    : Ardi mengambil jadwal setiap 4 hari sekali
Neil mengambil jadwal setiap 6 hari sekali
Tanggal 3 oktober 2009 mereka mengikuti latihan bersama
Ditanyakan : Kapankah mereka akan mengikuti latihan bersama lagi ?
Jawab         : Bilangan kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28,….
Bilangan kelipatan  6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42,..
KPK dari 4 dan 6 adalah 12
Jadi, mereka akan mengikuti latihan bersama lagi pada (3 + 12) Oktober 2009 atau 15 Oktober 2009
5.      Diketahui    : Ada 14 mangga dan 6 semangka
Ditanyakan : 1. Berapa tetangga yang dapat menerima bagian yang sama
                          banyak ?
2. Apa- apa saja yang diterima oleh masing-masing 
    tetangga ?
                     1. Faktor dari 14 adalah 1, 2, 7, 14
                         Faktor dari 6 adalah 1, 2, 3, 6
                         Faktor persekutuan dari 14 dan 6 adalah 2
                         Jadi, banyaknya tetangga yang dapat menerima bagian yang sama           
                         adalah 2 orang                         
2. Masing-masing orang akan menerima mangga = 14 : 2 = 7 buah dan 
semangka = 6 : 2 = 3 buah
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2007. Model-model Pe,belajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka : Jakarta.
http://matheducations.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran-kooperatif-think_125.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar