KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pembelajaran
Kooperatif Think – Pair – Share (TPS)” dengan lancar tanpa halangan suatu
apapun.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
pengetahuan mengenai upaya mengatasi masalah pendidikan di Indonesia. Penulis
menyadari pembuatan makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna,
untuk itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
tangan terbuka, demi keberhasilan makalah selanjutnya.
Makalah ini dapat terealisasi
berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
sangat berterima kasih kepada :
1.
Allah SWT,
yang memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Ibu Luluk
Faridah, M.pd selaku pembimbing mata kuliah MKPBM 1 yang telah memberikan
pengarahan serta bimbingan kepada penulis menyangkut masalah pembuatan makalah
ini.
3.
Semua pihak
yang telah ikut serta membantu kami hingga terselesaikannya makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan dunia pendidikan pada
umumnya.
Demikian atas perhatiannya, kami
mengucapkan terima kasih.
Lamongan,
17 Oktober 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................................i
Daftar
Isi.................................................................................................................ii
Kata
Pengantar.....................................................................................................iv
BAB
I Pendahuluan...............................................................................................1
A.
Latar
Belakang.....................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................2
C.
Tujuan
Pembahasan............................................................................3
D.
Kegunan................................................................................................3
BAB
II Kajian
Pustaka..........................................................................................4
A.
Definisi
Matematiaka...........................................................................4
B.
Karakteristik
Matematika...................................................................4
C.
Pengertian
Model Pembelajaran TPS................................................6
BAB
III
Pembahasan.............................................................................................7
A.
Pembelajaran
Kooperatif....................................................................7
B.
Langkah-langkah
Moel Pembelajaran TPS......................................9
C.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran TPS.................11
D.
Manfaat
Model Pembelajaran TPS..................................................13
E.
Tujuan Model Pembelajaran
TPS...................................................14
F.
Penerapan
Pembelajaran Kooperatif TPS......................................14
G.
Implementasi
kooperatif TPS...........................................................16
BAB
IV Penutup...................................................................................................19
A.
Simpulan.............................................................................................19
B.
Saran....................................................................................................19
Lampiran-lampiran.............................................................................................20
Daftar
Pustaka......................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas
kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Trianto, 2007: 29).
Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat memilih
dan menggunakan beberapa metode mengajar. Banyak metode mengajar yang dipakai
oleh guru yang mana masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan,
kekurangan suatu metode dapat ditutupi oleh metode mengajar yang lain sehingga
guru dapat menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar
mengajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan suatu materi yang
disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya siswa
serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif
sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan
dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi
karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar
menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran
koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja
sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau
inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran kooperatif adalah
informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,
presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi
kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan
metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya
untuk seluruh kelas, teknik Think-Pair-Share (TPS) ini memberi
kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk
dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah pengertian model pembelajaran kooperatif?
2.
Apakah pengertian model pembelajaran think pair
share?
3.
Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran think
pair share?
4.
Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
think pair share?
5.
Apa manfaat
model pembelajaran think pair share?
6.
Apa tujuan model pembelajaran think pair share?
7.
Bagaimana
implementasi kooperatif think pair share pada pembelajaran?
C. Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif?
2.
Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran think pair share?
3.
Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran
think pair share?
4.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran think pair share?
5.
Untuk mengetahui manfaaat model pembelajaran think
pair share?
6.
Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran think
pair share?
7.
Untuk mengetahui implementasi kooperatif thnik pair
share pada pembelajaran?
D. Kegunaan
Kegunaan penulisan
makalah ini antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai informasi bagi calon guru ataupun guru
dalam menambah wawasan tentang model pembelajaran matematika realistik.
2.
Sebagai alternatif metode pembelajaran untuk
mengajar agar siswa tidak monoton menerima suatu model pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi
Matematika
Matematika berasal
dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal
yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran.
Menurut Kline (1973). Kline dalam bukunya menyatakan
bahwa matematika bukanlah sebuah pengetahuan yang tersendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri. Adanya matematika semata-mata untuk membantu
manusia dalam memahami dan menguasai persoalan sosial, ekonomi, dan alam. Cara
atau metode yang digunakan dalam matematika untuk mencari kebenaran adalah
metode deduktif.
Menurut James, (1976) “Matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep yang saling berhubungan
satu dengan lainnya.”
Herman Hudojo
menyatakan bahwa: “matematika merupaka ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga
belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.”
Dari pendapat para tokoh diatas dapat kita ketahui bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika yang konsep-konsep didalamnya saling
berhubungan satu dengan lainnya, serta cara atau metode yang digunakan dalam
matematika untuk mencari kebenaran adalah metode deduktif.
B. Karakteristik
Matematika
Terkait dengan hakekat
metematika, Soedjadi (dalam Arifin, 2010:11) mengindentifikasi beberapa karakteristik
matematika, yaitu:
1.
Memiliki obyek kajian abstrak,
2.
Bertumpu pada kesepakatan,
3.
Berpola pikir deduktif,
4.
Memiliki simbol yang dapat diartikan secara fleksibel,
5.
Memperhatikan semesta pembicaraan,
6.
Konsisten dalam sistemnya.
Matematika mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakan dengan
mata pelajaran lain, yaitu:
1.
Objek pembicaraannya abstrak.
Dalam pengajaran
sekolah, seringkali suatu konsep dikenalkan melalui benda konkrit. Walaupun
demikian, siswa tetap didorong untuk melakukan proses abstraksi, yaitu
mengabaikan atribut-atribut yang tidak penting, menangkap kesaman-kesamaan
(abstraksi) dari objek – objek, kemudian melakukan penyempurnaan (idealisasi) untuk
mempertajam pengertian, dan akhirnya menangkap pengertian itu sebagai suatu
konsep yang abstrak (generalisasi).
2.
Pengembangannya secara deduktif.
Pengertian atau
pernyataan lain dibuat sangat efisien dan harus dijelaskan atau dibuktikan
kebenarannya berdasarkan pengertian atau pernyataan pangkal yang telah ada
dengan tata nalar yang logis. Pengembangan seperti ini dikenal dengan
pengembangan secara deduktif.
3.
Konsep atau sifatnya berjenjang.
Matematika termasuk ilmu
berjenjang (hierarkis) karena konsep – konsep atau prinsip – prinsip yang
disajikan lebih awal mendasari konsep – konsep atau prinsip – prinsip selanjutnya.
Dengan demikian, matematika sangat terjaga konsistensinya.
4.
Melibatkan penghitungan atau pengerjaan (operasi).
Objek pelajaran selain
berupa pengertian dan pernyataan yangb harus dipahami dan juga melibatkan
penghitungan atau pengerjaan (operasi)
yang prosedurnya disusun sesuai tata nalar. Oleh karena itu, belajar matematika
tidak cukup dengan hanya memahami, tetapi juga berlatih hingga terampil
melakukan prosedur pengerjaan.
5.
Dapat dialihgunakan dalam berbagai aspek keilmuan
maupun kehidupan sehari –
hari.
Karena sifatnya yang
abstrak, maka matematika dapat dialihkan dalam berbagai aspek keilmuan dan
kehidupan sehari –
hari. Misalnya, dalam ilmu fisika, matematika dapat digunakan untuk menghitung
kecepatan benda jatuh. Dalam ilmu ekonomi, matematika digunakan untuk
menghitung permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, matematika sering disebut
dengan “ratunya ilmu”.
C. Pengertian
Model Pembelajaran Think
Pair Share
Dalam
penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS). Pengertian Think Pair Share menurut
Trianto (2007:61) adalah:”
Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
interaksi siswa”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita ambil
kesimpulan Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tahap
thinking ( berfikir), pairing (berpasangan), dan sharing (
berbagi).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif learning dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja belajar
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima
unsur pokok yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson (dalam http://www.WordPress.com), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.
Model
pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan
siswa sebagai subjek pembelajaran (student
oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan
memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara
maksimal. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas.
Karakteristik
pembelajaran kooperatif diantaranya,(a)siswa bekerja dalam kelompok kooperatif
untuk menguasai materi akademis,(b)anggota-anggota dalam kelompok diatur
terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi,(c)jika
memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku,budaya,dan
jenis kelamin,(d)sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Dalam
pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar pendapat-pendapat
orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam bentuk tulisan.
Tugas–tugas orang lain akan memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu
dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
dimiliki.
Ada tiga tujuan yang diharapkan dapat dicapai
dalam pembelajaran kooperatif,yaitu:
a. Prestasi akademik
a. Prestasi akademik
Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan
baik bagi siswa berkemampuan tinggi maupun rendah. Khususnya bagi siswa
berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat keuntungan karena pengetahuan semakin mendalam.
b. Penerimaan terhadap keanekaragaman
b. Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan
anggota kelompok akan mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan
yang ada antara dirinya dan orang lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada
keterampilan-keterampilan kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak
akan sangat bermanfaat bagi siswa ketika mereka
Keuntungan
guru menggunakan pembelajaran kooperatif
ialah dapat menimbulkan suasana
yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan
model pembelajaran secara konvensional yaitu camah dan tanya jawab. Metode
tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk
belajar. Dengan digunakannva model cooperative learning, maka tampak suasana
kelas menjadi lebih hidup dan lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran
kooperatif mampu mengembangkan kesadaran
pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan
ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu mengembangkan
sosial skill siswa.
B.
Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Think Pair Share
Dengan
demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa
secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara
berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat
kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu
langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Tahap utama dalam
pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000: 26-27)
sebagai berikut:
1)
Tahap 1 : Think (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau
isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2)
Tahap 2 : Pairing
Guru meminta siswa berpasangan
dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap
pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban
atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling
benar, paling meyakinkan, atau paling unik.
Biasanya guru memberi waktu 4-5
menit untuk berpasangan.
3)
Tahap 3 : Share (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta
kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan
dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja
kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat
pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Untuk
mengetahui tentang model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kita
juga perlu mengetahui karakteristiknya Menurut Trianto menyatakan karakteristik
model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ada 3 langkah utama yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir secara
individu), pair (berpasangan) dan share (berbagi jawaban dengan
pasangan lain atau dengan seluruh kelas). Secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Langkah 1, Think ( berpikir)
Pada
tahap think, guru mengajukan suatu pernyataan atau masalah yang dikaitkan
dengan pembelajaran, siswa ditugasi untuk berpikir secara mandiri mengenai
pertanyaan atau masalah yang diajukan. Dalam menentukan batasan waktu pada
tahap ini guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya teknik “time”
atau waktu berfikir yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir
mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa
lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah adanya siswa yang berbicara,
karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
2) Langkah 2, Pair
(berpasangan)
Langkah
kedua ini guru menugasi siswa untuk berpasangan dan diskusikan mengenai apa
yang telah mereka pikirkan. Interaksi selama proses ini dapat menghasilkan
jawaban bersama. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban
mereka sebelumnya sehingga hasil yang didapat menjadi lebih baik karena siswa
mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.
3) Langkah 3, Share (berbagi)
Pada
langkah akhir ini guru menugasi pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil
pemikiran mereka dengan pasangan yang lain atau dengan seluruh kelas.
Pada langkah ini akan menjadi lebih efektif apabila guru berkeliling dari psangan
satu kepasangan yang lainnya. Langkah share (berbagi) merupakan
penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumny, dalam arti bahwa langkah ini
menolong semua kelompok untuk menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah
yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain.
Sementara Menurut Muslimin menyatakan
bahwa,langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu:Berpikir (Thinking),
berpasangan (Pair), dan berbagi (Share).
1)
Tahap 1 : Thinking
(berpikir)
Kegiatan pertama dalam
Think-Pair-Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik
pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara
untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam
mengolah informasi yang dia dapat.
2)
Tahap 2 : Pairing
(berpasangan)
Pada tahap ini guru meminta siswa
duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah
difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit
untuk berpasangan.
3)
Tahap 3 : Share
(berbagi)
Pada tahap akhir guru meminta
kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang
telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan
demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share
Terdapat kelebihan
dan kekurangan pada model Think Pair Share
dalam proses pembelajaran, menurut Hartina menyatakan bahwa,
Ø
Kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
adalah:
a)
memungkinkan siswa
untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang
diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
b)
siswa akan
terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan
temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
c)
siswa lebih aktif
dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap
kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
d)
siswa memperoleh kesempatan untuk
mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada
menyebar.
e) memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa
dalam proses pembelajaran.
Ø
Adapun kelemahan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di
sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas,
sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
Ø Sedangkan Kelebihan model pembelajaran TPS menurut
Ibrahim, dkk. (2000: 18) adalah,
a)
Meningkatkan
pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa
menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang
diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami
materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
b)
Memperbaiki
kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar
siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang
sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan
mempengaruhi hasil belajar mereka.
c)
Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran
TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar
siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
d)
Sikap apatis
berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas
karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan
tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
e)
Penerimaan terhadap
individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif
di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam
menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah
“pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini
dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang
diberikan oleh guru.
f)
Hasil belajar lebih
mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa.
Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi
secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa
dapat lebih optimal.
g)
Meningkatkan kebaikan
budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model
pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga
siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau
mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Ø
Kelemahan model TPS
adalah pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah
sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa (Ibrahim,2000: 18)
D.
Manfaat Model Pembelajaran Think Pair Share
1. Para peserta didik menggunakan
waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu
sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak
peserta didik yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih
dalam pasangannya. Para peserta didik
mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas
jawaban mungkin menjadi lebih baik.
2. Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih
banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat
berkonsentrasi mendengarkan jawaban peserta didik, mengamati reaksi peserta
didik, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.
E. Tujuan Model Pembelajaran Think Pair Share
Tujuan think pair share tidak jauh berbeda dengan tujuan dari model pembelajaran kooperatif.
Menurut Nurhadi tujuan dari TPS adalah
”tujuan secara umumnya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, dan
mengajarkan keterampilan sosial”.
Selanjutnya
menurut Trianto berpendapat bahwa “Tujuan pembelajaran kooperatif TPS adalah a)
dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, b) unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, c) membantu siswa menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari model kooperatif tipe TPS adalah untuk meningkatkan
penguasaan akademik, mengajarkan keterampilan sosial dan membantu siswa dalam
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, serta meningkatkan pemahaman siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit
F.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe TPS yang telah dijelaskan di atas, penulis menerapkan model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural tipe TPS sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep power amplifier yang
akan dipelajari.
2. Kegiatan Inti
a. Guru menerangkan materi penguat / amplifier secara
singkat.
Dalam fase ini guru
menerapkan tahap thinking dengan
mengajukan pertanyaan mengenai amplifier secara klasikal dan member kesempatan
kepada siswa untuk berfikir dan mencoba memecahkan secara individu.
b.
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar.
Dalam fase ini, guru membentuk
kelompok yang beranggotakan dua siswa.
c.
Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar
dalam tahap pairing.
Dalam fase ini, guru
menerapkan tahap pairing dengan
meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan atau menjawab pertanyaan dan
memastikan bahwa anggota kelompoknya sudah mengetahui dan memahami jawabannya.
Setelah itu guru berkeliling dari satu pasangan ke pasangan yang lain dan
memberikan bantuan kepada pasangan yang mengalami kesulitan belajar.
d.
Guru menerapkan tahap
sharing.
e.
Guru memberikan umpan balik dan tanggapan
terhadap seluruh hasil yang telah disajikan.
Dalam fase ini guru
memanggil 2-3 pasangan secara acak untuk mempresentasikan secara sederhana
hasil kinerjanya menanggapi hasil yang telah disajikan. Setelah presentasi
dilakukan oleh siswa, guru menanggapi seluruh hasil kinerja yang telah disajikan.
Tabel
2. Sintaks Pembelajaran TPS
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
Tahap 1 :
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Tahap 2 :
Think
(berfikir individu)
|
Guru memberi umpan
siswa dengan pertanyaan dan membimbing mereka untuk berfikir secara mandiri.
|
Tahap 3 :
Pair
(berpasangan dengan teman sebangku)
|
Guru membentuk kelompok belajar dengan memasangkan
siswa dengan teman sebangkunya serta membimbing mereka untuk berdiskusi.
|
Tahap 4 :
Share
(berbagi / presentasi)
|
Guru membimbing kelompok belajar yang berpasangan
untuk presentasi di depan kelas.
|
G.
Implementasi Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Pembelajaran
think pair share merupakan
pembelajaran berbasis diskusi kelas dengan kelompok siswa berpasangan. Model
pembelajaran think pair share
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran
kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar
lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Jadi, siswa
tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok
seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk
mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling
mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Pembelajaran
Kooperatif tipe think pair share
mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking), tahap berpasangan (pairing),
dan tahap berbagi (sharing). Sebelum memulai
setiap pembelajaran, guru menyiapkan nomor undian bangku, siswa berbaris di
depan kelas untuk mengambil nomor undian bangku. Guru melakukan hal ini supaya
kelompok yang terbentuk tiap pertemuan berubah. Diharapkan dengan adanya
pergantian kelompok ini, siswa dapat lebih akrab antara satu dengan yang lain,
dan menghindari kesenjangan kelompok, sebab think
pair share ini membutuhkan kerja sama yang baik dalam kelompok berpasangannya.
Pada
kegiatan inti, guru menerapkan think pair
share kepada siswa. Pada tahap think,
guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang
media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit.
Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari jawaban siswa ketika ditanya oleh guru
mengenai media yang ditampilkan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKK dengan cara berdiskusi bersama teman sebangkunya
atau pasangannya, tahap ini disebut pair.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKK, siswa yang belum paham diberi kesempatan
untuk bertanya kepada guru. Tahap pair
ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan
saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih
efektif, karena masing-masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.
Tahap
selanjutnya adalah share atau
berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil
diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menaggapi jawaban
teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih
siswa berani mengeluarkan pendapat dan
berfikir kritis. Ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah
Dasar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yaitu
peserta didik mampu yang memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam
kehidupan sosial, Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru berupa “smile”. Siswa yang mendapat “smile” terbanyak
menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah minat
dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Motivasi
belajar memang diperlukan dalam pembelajaran. Motivasi belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar. Selain pemberian reward,
guru juga memiliki cara tersendiri dalam membangkitkan minat belajar siswa.
Guru memberikan permanian- permainan pada tiap pertemuan untuk menunjang pembelajaran
think pair share ini. Pada siklus I
ini guru memberikan permaian ”ayo
mencari jalan” dan ”acak kata”. Pada tahap akhir, siswa diarahkan untuk
mengungkapkan kesimpulan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil belajar secara
individu, guru memberikan soal evaluasi, berupa soal subyektif. Siswa juga
diminta untuk mengungkapkan kesan pembelajaran. Hal ini untuk memberikan saran
pada guru agar pembelajaran selanjutnya lebih baik
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
pelaksanaan model pembelajaran think pair
share pada setiap pertemuan mengalami perubahan materi pokok dan variasi
kegiatan, maksudnya adalah adanya variasi media pembelajaran yang digunakan dan
adanya permainan – permainan untuk menunjang pembelajaran think pair share.
Peningkatan hasil belajar
dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran think pair share dan nilai akhir yang
berasal dari gabungan nilai individu dan kelompok.
B.
Saran
Adapun
saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:
·
Bagi
siswa sebaiknya siswa meningkatkan aktivitas membaca dan tingkatkan pula rasa percaya diri, agar selalu
aktif mengikuti pembelajaran.
·
bagi guru adalah hendaknya guru bisa menerapkan model pembelajaran think pair share. Agar siswa lebih aktif dan mampu mengidentifikasi
masalah sosial dan pemecahannya.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV / I
Pokok
Bahasan : FPB dan KPK
Sub
Pokok Bahasan :
Menyelesaikan soal cerita tentang FPB dan KPK
Waktu :
2x 35 menit ( 2 x pertemuan )
v
Standar
Kompetensi
Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan Faktor Persekutuan
Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
vKompetensi Dasar
Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan FPB dan KPK
vIndikator
Menyelesaian soal cerita tentang FPB dan KPK
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang
berkaitan dengan FPB dan KPK
2. Materi Pokok
Menyelesaikan Soal Cerita Tentang FPB dan KPK
3. Metode
ü TPS (Think –
Pair – Share)
4. Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Fase
|
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan Siswa
|
1.
|
Pendahuluan 10 menit
|
|
Me Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama
|
Siswa
menjawab salam dan berdoa bersama
|
|
Guru
mengecek Kehadiran siswa
|
Siswa
mengacungkan tangan saat namanya di panggil
|
|
Menyiapkan
fasilitas yang terkait dengan pembelajaran
|
Menyiapkan
fasilitas yang terkait dengan pembelajaran
|
|
Me Menyampaikan kepada siswa pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran khusus yang akan dicapai dan guru
memotivasi siswa
|
Siswa
mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Guru
|
|
2.
|
Kegiatan Inti 50 menit
|
|
Guguru
memberikan gambaran umum yang berkaitan dengan FPB dan KPK.
|
. Siswa
memperhatikan dan mendengarkan dengan baik.
|
|
(think)Guru memberi umpan
siswa dengan pertanyaan tentang KPK dan FPB dan membimbing mereka untuk berfikir
secara mandiri
|
Siswa
berfikir secara mandiri mengenai pertanyaan yang di berikan guru
|
|
(pair)Guru membentuk kelompok belajar
dengan memasangkan siswa dengan teman sebangkunya serta membimbing mereka
untuk berdiskusi.
|
Sis siswa melaksanan peritah yang diberikan
oleh guru
|
|
Guru
berkeliling kelas dan membantu siswa.
|
Siswa
bertanya kepada guru kalau ada kesulitan yang di hadapi
|
|
(share)Guru membimbing
kelompok belajar yang berpasangan untuk presentasi di depan kelas
|
Siswa yang
di panggil guru, mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
|
|
3.
|
Penutup 10 menit
|
|
Guru memberikan kesimpulan
|
Siswa menyimak apa yang di jelaskan oleh guru
|
|
Guru menegaskan kembali tentang materi tersebut dan memberikan
tugas rumah
|
Siswa memperhatikan penjelasan guru
|
Lamongan, 5
Januari 2014
Mengetahui,
Kepala SD Guru
Kelas IV
..............................................
.................................................
NIP : NIP :
Soal :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
1.
Lampu merah di Jalan Biru menyala setiap 6 detik. Lampu merah di Jalan
Sukawati menyala setiap 8 detik. Pada detik keberapa pertama kali kedua lampu
akan menyala bersama ?
2.
Ibu guru memiliki 15 pensil dan 20 buku. Ia ingin membagikan semua pensil
dan buku tersebut kepada siswanya yang berprestasi. Berapa siswa paling banyak
akan menerima buku dan pensil yang sama dari Ibu Guru ? Apa-apa saja yang
diterima oleh masing-masing siswa ?
3. Dua buah lonceng berbunyi secara berurutan. Lonceng pertama berbunyi setiap
15 menit, lonceng kedua berbunyi setiap 30 menit. Pada pukul 07.00 kedua
lonceng berbunyi bersama-sama. Pukul berapa kedua lonceng tersebut berbunyi
bersama-sama lagi ?
4.
Ardi dan Neil mengikuti senam di sanggar Kasih. Ardi mengambil jadwal
setiap 4 hari sekali dan Neil setiap 6 hari sekali. Tanggal 2 Juni 2004 mereka
mengikuti latihan bersama. Kapankah mereka akan mengikuti latihan bersama lagi
?
5.
Ayah akan membagikan 14 mangga dan 6 semangka kepada tetangganya. Besar
mangga dan semangka yang diterima tetangga masing-masing harus sama. Berapa
tetangga yang dapat menerima bagian yang sama banyak ? Apa- apa saja yang
diterima oleh masing-masing tetangga ?
Kunci
Jawaban
1. Diketahui : Lampu merah di Jalan Biru menyala setiap
6 detik
Lampu merah di
Jalan Sukawati menyala setiap 12 detik
Ditanyakan : Pada detik keberapa pertama kali kedua lampu akan
menyala bersama
?
Jawab : Bilangan kelipatan 6
adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48...
Bilangan kelipatan 8 adalah 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56….
KPK dari 6 dan 8 adalah 24
Jadi, kedua lampu pertama kalinya akan menyala bersama pada saat 24 detik.
2. Diketahui : Ada 15 pensil dan 20 buku
Ditanyakan :1. Berapa siswa paling banyak akan menerima buku dan
pensil yang
sama dari Ibu Guru ?
2. Apa-apa saja yang diterima oleh masing-masing siswa ?
Jawab : 1. Faktor dari 15
adalah 1, 3, 5, 15
Faktor dari 20 adalah 1, 2,
4, 5, 10, 20
Faktor persekutuan dari 15 dan 20
adalah 5
Jadi, banyaknya siswa paling
banyak akan menerima
buku dan pensil yang sama dari
Ibu Guru adalah 5 orang
siswa.
2. Masing-masing siswa akan menerima pensil = 15 : 5 = 3
buah dan buku = 20 : 5 = 4 buah.
3. Diketahui : Lonceng pertama berbunyi setiap 15 menit
Lonceng kedua berbunyi setiap 30 menit
Pada pukul 07.00 kedua lonceng berbunyi bersama-sama
Ditanyakan :
Pukul berapa kedua lonceng tersebut berbunyi bersama-
sama lagi ?
Jawab : Bilangan kelipatan 15 adalah 15, 30, 45, 60, 75, 90,…
Bilangan kelipatan 30 adalah 30,
60, 90, 120, 150,…
KPK dari 15 dan 30 adalah 30
Jadi, kedua lonceng akan berbunyi
bersama-sama lagi (30 + 07. 00) atau 07.30
4. Diketahui : Ardi mengambil jadwal setiap 4 hari
sekali
Neil mengambil jadwal setiap 6 hari sekali
Tanggal 3 oktober 2009 mereka mengikuti latihan bersama
Ditanyakan : Kapankah mereka akan mengikuti latihan bersama lagi ?
Jawab : Bilangan kelipatan 4
adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28,….
Bilangan kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42,..
KPK dari 4 dan 6 adalah 12
Jadi, mereka akan mengikuti latihan bersama lagi pada (3 + 12) Oktober 2009
atau 15 Oktober 2009
5. Diketahui : Ada 14 mangga dan 6 semangka
Ditanyakan : 1. Berapa tetangga yang dapat menerima bagian yang sama
banyak ?
2. Apa- apa saja yang diterima oleh masing-masing
tetangga ?
1. Faktor dari
14 adalah 1, 2, 7, 14
Faktor dari
6 adalah 1, 2, 3, 6
Faktor
persekutuan dari 14 dan 6 adalah 2
Jadi, banyaknya
tetangga yang dapat menerima bagian yang sama
adalah 2 orang
2. Masing-masing orang akan menerima mangga = 14 : 2 = 7 buah dan
semangka = 6 : 2 = 3 buah
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2007. Model-model
Pe,belajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka : Jakarta.
http://matheducations.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran-kooperatif-think_125.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar